Minggu, 28 Februari 2016

Analisis Kebijakan Pemerintah yang Berorientasi Inflasi

Analisis Kebijakan Pemerintah
yang Berorientasi Inflasi








Disusun Oleh :
Muhammad Hanan Safei                 20140430195
Aji Wahyudi                                    20140430200
Nugraheni Ardana Iswari                20140430252
Dimas Kusuma Aji                          20140430261

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Inflasi adalah masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap masyarakat. Masalah ekonomi ini dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Inflasi juga menjadi masalah utama di negeri ini. Melihat dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut dapat mengakibatkan perekonomian sebuah Negara akan terganggu. Inflasi memang tidak dapat dihapuskan secara total dalam waktu singkat, tetapi setidaknya dapat ditekan sehingga keadaan perekonomian dapat stabil.  Untuk mengatasi hal tersebut langkah yang dapat diambil adalah melalui peranan pemerintah itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan pemerintah memberi pengaruh yang besar terhadap masalah inflasi.
Berikut ini akan dibahas tentang inflasi yang dihadapi suatu perekonomian dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut.

B.  Rumusan Masalah
Dalam pembahasan kali ini ada beberapa masalah pokok yang perlu diketahui, yaitu :
1.    Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi inflasi ?


BAB 2
PEMBAHASAN

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG BERORIENTASI INFLASI

a.       Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.

Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.


b.      Masalah Inflasi dan Kebijakan Pemerintah
Dalam menerangkan mengenai masalah inflasi, perlulah dibedakan dua bentuk inflasi, yaitu : inflasi merayap dan masalah inflasi yang lebih serius terutama apabila tingkatnya melebihi 5%. Dalam melihat dan menerangkan mengenai kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi, yang dimaksudkan dengan langkah tersebut adalah kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi yang lebih serius dari inflasi merayap.
Mewujudkan inflasi nol persen atau “zero inflation” secara terus menerus dalam perekonomian yang berkembng adalah sukar untuk dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah misalnya hanya mencapai di sekitar du hingga empat persen setahun. Mengusahakan untuk mencapai tujuan ini merupakan salah satu tugas utama dari bank sentral. Langkah-langkah pemerintah yang dapat digolongkan sebagai kebijakan “diskresioner” barulah dilaksanakan apabila inflasi yang berlaku adalah lebih serius dari inflasi merayap. Andaikan sebagai akibat dari suatu perubahan ekonomi tertentu, tinkat inflasi meningkat dari 5% menjadi 10% atau lebih. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan kebijakan menurunkan tingkat inflasi tersebut ke tingkat yang asal (5%) atau kurang. Dalam bagian ini, akan diterangkan bagaimana kebijakn fiskal dan kebijakan moneter digunakan untuk mengatasi masalah inflasi yang telah mencapai tingkat yang tinggi tersebut. Analisis yang dilakukan akan menggunakan pendekatan Y=AE dan pendekatan AD-AS.

c.       Mengukur Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain :

•    Consumer Price Index (CPI), Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup.

•    Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index, Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

•    GNP Deflator, merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas.

d.    Penyebab Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi :

•    Demand Pull Inflation, terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.

•    Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation, akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu yaitu kenaikan harga (misalnya bahan baku) dan kenaikan upah/gaji (misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang).

Sedangkan faktor- faktor lain yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :

•    Domestic Inflation, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.

•    ImportedInflation, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum.

e.    Dampak inflasi terhadap kegiatan Ekonomi

•    Dampak Postitif Inflasi

Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).

•    Dampak Negatif Inflasi

1.       Terhadap distribusi pendapatan, ada pihak-pihak yang dirugikan, diantaranya:
v    Inflasi akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan tetap, seperti; pegawai negeri. Contoh: amir seorang pegawai negeri memperoleh gaji Rp. 60.000.000 setahun dan laju inflasi     10%. Bila penghasilan Amir tidak mengalami perubahan, maka ia akan mengalami penurunan pendapatan riil sebesar 10% x Rp. 60.000.000 = Rp. 6.000.000.

v    Kerugian akan dialami bagi mereka yang menyimpan kekayaan dalam bentuk uang tunai.

v    Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman yang diberikan lebih rendah dari inflasi.

Di lain pihak ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi:
v    Orang yang persentase pendapatannya melebihi persentase kenaikan inflasi.

v    Mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi dalam bentuk barang   atau emas.

v    Buruh yang bergabung dalam SPSI (serikat pekerja seluruh indonesia).

2.       Dampak terhadap efisiensi, berpengaruh pada:
v    Proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efesien pada saat terjadi inflasi.

v    Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap struktur permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis barang.

3.       Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi):
v    Inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan inflasi kenaikan harga   barang akan mendahului kenaikan gaji, hal ini yang menguntungkan produsen.

v    Bila laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah hasil produksi, dikarenakan nilai riil   uang akan turun dan masyarakat tidak senang memiliki uang tunai, akibatnya pertukaran   dilakukan antara barang dengan barang.
KEBIJAKAN FISKAL DALAM MENGATASI INFLASI
d.      Efek Kebijakan Fiskal Menurut Pendekatan Y = AE
           









Pengeluaran agregat yang awal adalah AE (P0) dan pengeluaran ini mewujudkan keseimbangan di titik E0, pendapatan nasional adalah Y0 dan tingkat kesempatan kerja penuh hampir dicapai. Misalkan kenaikan ekspor menambah pengeluaran agregat dan pada waktu yang sama kenaikan harga-harga menjadi lebih cepat. Tanpa kebijakan pemerintah pengeluaran agregat mencapai AE(P1) yaitu harga-harga juga mengalami kenaikan dan mencapai P1.
Dengan demikian kenaikan pengeluaran agregat tersebut telah menimbulkan efek berikut : Pendapatan nasional meningkat dan Y0 menadi Y1 dan tingkat harga meningkat dari P0 menjadi P1. Oleh karena Y1 lebih besar dari Yf tingkat pengangguran adalah sangat rendah.
e.       Efek Kebijakan Fiskal Menurut Pendekatan AD – AS
Keseimbangan yang asal dalam perekonomian tersebut dicapai titik A. Keseimbangan ini memberikan gambaran mengenai keadaan yang sama yang ditunjukkan oleh titik E0, yaitu pendapatan nasional riil adalah Y0 dan tingkat harga P0. Telah diterangkan bahwa tanpa pengawasan dan kebijakan pemerintah, pengeluaran agregat meningkat dari AE(P0) menjadi AE(P1). Perubahan tersebut ditunjukkan oleh peralihan kurva permintaan agregat dari AD0 menjadi AD1 dan keseimbangan baru dicapai di titik B. Pada keseimbangan pendapatan nasional yang baru ini harga meningkat dari P0 menjadi P1 dan pendapatan nasional riil adalah Y1. Dengan demikian, walaupun terjadi peningkatan dalam pendapatan nasional riil, tingkat inflasi juga sangat tinggi. Maka sejak awal pemerintah berusaha menghindari kenaikan harga yang tinggi ini dengan menjalankan kebijakan fiskal, yaitu dengan mengurangi pengeluaran pemerintah. Efek dari kebijakan fiskal ini, permintaan agregat hanya meningkat menjadi AD2 saja dan keseimbangan AD-AS dicapai di titik C. Keseimbangan itu menunjukkan tingkat kesempatan kerja penuh dicapai dan pendapatan nasional riil adalah YF. Tingkat harga yang baru adalah P2 yang lebih rendah dari P1 dan berarti kebijakan fiskal dapat mengendalikan inflasi.








KEBIJAKAN MONETER UNTUK MENGATASI INFLASI











Keseimbangan asal dicapai di titik E0 yaitu pada perpotongan penawaran agregat AS dan permintaan agregat AD0. Dengan demikian tingkat harga adalah P0 dan pendapatan nasional riil adalah Y0. Perkembangan ekonomi yang pesat memindahkan permintaan agregat dari AD0 menjadi AD1 dan akan menimbulkan keseimbangan di E1. Dengan demikian, apabila pemerintah tidak melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan pengeluaran agregat, pendapatan nasional meningkat dari Y0 ke Y1 tetapi peningkatan ini diikuti oleh kenaikan harga yang tinggi, yaitu dari P0 ke P1. Misalkan pemerintah ingin tetap menginginkan perkembangan ekonomi hingga ke tingkat kesempatan kerja penuh, tetapi juga berusaha menciptakan perubahan harga-harga yang lebih stabil. Hal itu akan dicapai apabila pemerintah dapat mengendalikan perubahan permintaan agregat (AD) yaitu memindahkan kurva AD1 menjadi AD2.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari segi inflasi peranan pemerintah dapat mengatasi melalui kebijakan fiskal dengan cara menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah; melalui kebijakan pemerintah mengurangi, menaikkan suku bunga dan membatasi kredit; dan melalui kebijakan segi penawaran yaitu melelui langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi, dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak keatas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi, dan menggalakkan pengembangan teknologi.











DAFTAR PUSTAKA


Sumber Buku :
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi ke-3.
        Jakarta: PT. Rajawali Pers.



Sumber Internet:

http://daneea.wordpress.com/2010/04/24/cara-mengatasi-terjadinya-inflasi/

http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar