Analisis Kebijakan Pemerintah
yang Berorientasi Inflasi
Disusun
Oleh :
Muhammad Hanan
Safei 20140430195
Aji Wahyudi 20140430200
Nugraheni Ardana
Iswari 20140430252
Dimas Kusuma Aji
20140430261
PROGRAM STUDI ILMU
EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi adalah masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap masyarakat. Masalah ekonomi ini dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Inflasi juga menjadi masalah utama di negeri ini. Melihat dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut dapat mengakibatkan perekonomian sebuah Negara akan terganggu. Inflasi memang tidak dapat dihapuskan secara total dalam waktu singkat, tetapi setidaknya dapat ditekan sehingga keadaan perekonomian dapat stabil. Untuk mengatasi hal tersebut langkah yang dapat diambil adalah melalui peranan pemerintah itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan pemerintah memberi pengaruh yang besar terhadap masalah inflasi.
Berikut ini akan dibahas tentang inflasi yang
dihadapi suatu perekonomian dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat
dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dalam
pembahasan kali ini ada beberapa masalah pokok yang perlu diketahui, yaitu :
1. Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi inflasi ?
1. Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi inflasi ?
BAB 2
PEMBAHASAN
ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG BERORIENTASI INFLASI
a. Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu
peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
b.
Masalah Inflasi dan Kebijakan
Pemerintah
Dalam menerangkan mengenai masalah inflasi, perlulah
dibedakan dua bentuk inflasi, yaitu : inflasi merayap dan masalah inflasi yang
lebih serius terutama apabila tingkatnya melebihi 5%. Dalam melihat dan
menerangkan mengenai kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi, yang
dimaksudkan dengan langkah tersebut adalah kebijakan pemerintah untuk mengatasi
inflasi yang lebih serius dari inflasi merayap.
Mewujudkan inflasi nol persen atau “zero inflation”
secara terus menerus dalam perekonomian yang berkembng adalah sukar untuk
dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah
menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah misalnya
hanya mencapai di sekitar du hingga empat persen setahun. Mengusahakan untuk
mencapai tujuan ini merupakan salah satu tugas utama dari bank sentral.
Langkah-langkah pemerintah yang dapat digolongkan sebagai kebijakan
“diskresioner” barulah dilaksanakan apabila inflasi yang berlaku adalah lebih
serius dari inflasi merayap. Andaikan sebagai akibat dari suatu perubahan
ekonomi tertentu, tinkat inflasi meningkat dari 5% menjadi 10% atau lebih.
Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan kebijakan
menurunkan tingkat inflasi tersebut ke tingkat yang asal (5%) atau kurang.
Dalam bagian ini, akan diterangkan bagaimana kebijakn fiskal dan kebijakan
moneter digunakan untuk mengatasi masalah inflasi yang telah mencapai tingkat
yang tinggi tersebut. Analisis yang dilakukan akan menggunakan pendekatan Y=AE
dan pendekatan AD-AS.
c. Mengukur Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur
dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan
untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain :
• Consumer Price Index (CPI), Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup.
• Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index, Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
• GNP Deflator, merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas.
d. Penyebab Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi :
• Demand Pull Inflation, terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.
• Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation, akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu yaitu kenaikan harga (misalnya bahan baku) dan kenaikan upah/gaji (misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang).
Sedangkan faktor- faktor lain yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
• Domestic Inflation, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
• ImportedInflation, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum.
e. Dampak inflasi terhadap kegiatan Ekonomi
• Dampak Postitif Inflasi
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai
uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau
pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi
produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar).
•
Dampak Negatif Inflasi
1. Terhadap distribusi pendapatan, ada pihak-pihak yang dirugikan, diantaranya:
v Inflasi akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan tetap, seperti; pegawai negeri. Contoh: amir seorang pegawai negeri memperoleh gaji Rp. 60.000.000 setahun dan laju inflasi 10%. Bila penghasilan Amir tidak mengalami perubahan, maka ia akan mengalami penurunan pendapatan riil sebesar 10% x Rp. 60.000.000 = Rp. 6.000.000.
v Kerugian akan dialami bagi mereka yang menyimpan kekayaan dalam bentuk uang tunai.
v Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman yang diberikan lebih rendah dari inflasi.
Di lain pihak ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi:
v Orang yang persentase pendapatannya melebihi persentase kenaikan inflasi.
v Mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi dalam bentuk barang atau emas.
v Buruh yang bergabung dalam SPSI (serikat pekerja seluruh indonesia).
2. Dampak terhadap efisiensi, berpengaruh pada:
v Proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efesien pada saat terjadi inflasi.
v Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap struktur permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis barang.
3. Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi):
v Inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan inflasi kenaikan harga barang akan mendahului kenaikan gaji, hal ini yang menguntungkan produsen.
v Bila laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah hasil produksi, dikarenakan nilai riil uang akan turun dan masyarakat tidak senang memiliki uang tunai, akibatnya pertukaran dilakukan antara barang dengan barang.
KEBIJAKAN
FISKAL DALAM MENGATASI INFLASI
d. Efek Kebijakan Fiskal Menurut Pendekatan Y
= AE
Pengeluaran agregat yang awal adalah AE (P0)
dan pengeluaran ini mewujudkan keseimbangan di titik E0, pendapatan
nasional adalah Y0 dan tingkat kesempatan kerja penuh hampir
dicapai. Misalkan kenaikan ekspor menambah pengeluaran agregat dan pada waktu
yang sama kenaikan harga-harga menjadi lebih cepat. Tanpa kebijakan pemerintah
pengeluaran agregat mencapai AE(P1) yaitu harga-harga juga mengalami
kenaikan dan mencapai P1.
Dengan demikian kenaikan pengeluaran agregat
tersebut telah menimbulkan efek berikut : Pendapatan nasional meningkat dan Y0
menadi Y1 dan tingkat harga meningkat dari P0 menjadi P1.
Oleh karena Y1 lebih besar dari Yf tingkat pengangguran
adalah sangat rendah.
e. Efek Kebijakan Fiskal Menurut Pendekatan
AD – AS
Keseimbangan yang asal dalam perekonomian tersebut
dicapai titik A. Keseimbangan ini memberikan gambaran mengenai keadaan yang
sama yang ditunjukkan oleh titik E0, yaitu pendapatan nasional riil
adalah Y0 dan tingkat harga P0. Telah diterangkan bahwa
tanpa pengawasan dan kebijakan pemerintah, pengeluaran agregat meningkat dari AE(P0)
menjadi AE(P1). Perubahan tersebut ditunjukkan oleh peralihan kurva
permintaan agregat dari AD0 menjadi AD1 dan keseimbangan
baru dicapai di titik B. Pada keseimbangan pendapatan nasional yang baru ini
harga meningkat dari P0 menjadi P1 dan pendapatan
nasional riil adalah Y1. Dengan demikian, walaupun terjadi
peningkatan dalam pendapatan nasional riil, tingkat inflasi juga sangat tinggi.
Maka sejak awal pemerintah berusaha menghindari kenaikan harga yang tinggi ini
dengan menjalankan kebijakan fiskal, yaitu dengan mengurangi pengeluaran
pemerintah. Efek dari kebijakan fiskal ini, permintaan agregat hanya meningkat
menjadi AD2 saja dan keseimbangan AD-AS dicapai di titik C.
Keseimbangan itu menunjukkan tingkat kesempatan kerja penuh dicapai dan pendapatan
nasional riil adalah YF. Tingkat harga yang baru adalah P2 yang
lebih rendah dari P1 dan berarti kebijakan fiskal dapat
mengendalikan inflasi.
Keseimbangan asal dicapai di titik E0
yaitu pada perpotongan penawaran agregat AS dan permintaan agregat AD0.
Dengan demikian tingkat harga adalah P0 dan pendapatan nasional riil
adalah Y0. Perkembangan ekonomi yang pesat memindahkan permintaan
agregat dari AD0 menjadi AD1 dan akan menimbulkan
keseimbangan di E1. Dengan demikian, apabila pemerintah tidak
melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan pengeluaran agregat, pendapatan
nasional meningkat dari Y0 ke Y1 tetapi peningkatan ini
diikuti oleh kenaikan harga yang tinggi, yaitu dari P0 ke P1.
Misalkan pemerintah ingin tetap menginginkan perkembangan ekonomi hingga ke
tingkat kesempatan kerja penuh, tetapi juga berusaha menciptakan perubahan
harga-harga yang lebih stabil. Hal itu akan dicapai apabila pemerintah dapat
mengendalikan perubahan permintaan agregat (AD) yaitu memindahkan kurva AD1
menjadi AD2.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari segi inflasi peranan pemerintah dapat mengatasi melalui kebijakan fiskal dengan cara menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah; melalui kebijakan pemerintah mengurangi, menaikkan suku bunga dan membatasi kredit; dan melalui kebijakan segi penawaran yaitu melelui langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi, dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak keatas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi, dan menggalakkan pengembangan teknologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber Buku :
Sukirno,
Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi ke-3.
Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Sumber Internet:
http://daneea.wordpress.com/2010/04/24/cara-mengatasi-terjadinya-inflasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar